Saya mungkin salah satu peserta pelatihan menulis PGRI yang digagas Omjay (Dr. Wijaya Kusuma) paling abadi. Artinya, saya ikut pelatihan ini sejak gelombang 24 dan kali ini sudah memasuki gelombang 28. Kalau diandaikan sebagai anak sekolah saya tidak naik kelas sudah 4 kali atau 4 tahun masih tinggal di kelas yang sama. Sebuah prestasi yang tidak patut dibanggakan. Namun, demikian selama proses itu saya mendapatkan banyak hal tentang dunia tulisan.
Dari sisi teknik menulis saya banyak belajar tentang pencarian ide, membuat catatan kecil sebagai gambaran umum untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan, sampai gaya penulisan berbagai blogger.
Salah satu blog raksasa yang banyak memberikan inspirasi adalah Kompasiana. Lagi-lagi yang membuka jalan ke arah ini adalah sang Maestro Motivator dalam menulis. Omjay. Walaupun belum mendapatkan predikat lulus saya pernah mendapat hadiah buku dari Omjay dengan sebuah tantangan membuat tulisan.
Semalam, 07 Januari 2022, saya kembali ikut opening ceremony Pelatihan menulis PGRI ke 28. Saya berharap bisa lulus pada kesempatan ini.
Dalam pembukaan kegiatan yang dilakukan secara virtual melalui zoom, Catur Nurrochman Oktavian, salah seorang pengurus PGRI yang memiliki komitmen tinggi dalam pengembangan kompetensi guru dalam menulis memberikan banyak motivasi.
Catur, sapaan beliau, mengklaim bahwa menulis bukan milik kelompok tertentu tetapi bisa menjadi bagian dari kehidupan setiap orang.
Menulis bukan sekadar merangkai kata tetapi upaya memperbaiki diri dan memberikan manfaat kepada orang lain. Tulisan itu akan bermanfaat jika memuat hal yang positif. Tulisan yang bermanfaat akan senantiasa dikenang banyak orang.
Sebaliknya, keterampilan menulis tidak akan bernilai jika digunakan untuk menyerang orang lain atau menyebarkan hoax, mengumbar hal-hal negatif, atau menyebarkan cara-cara berfikir yang bertentangan dengan norma atau nilai-nilai yang sudah ada.
Menulis untuk mendapatkan keuntungan material;uang, atau, sesuatu yang bersifat kebendaan bukanlah tujuan tetapi lebih diarahkan kepada sisi lain yang bersifat immaterial. Hal-hal immaterial itu adalah sisi kebermanfaatan sebuah tulisan bagi orang lain.
Tidak ada penulis profesional yang mencapai kesuksesan dalam satu dua hari.
"Menulis membutuhkan proses panjang," kata Omjay dalam pembukaannya.
Omjay sendiri mengaku membutuhkan waktu 15 tahun menekuni dunia blogger (penulis blogg) untuk mencapai hasil.
Omjay memantik semangat peserta dengan testimoni bahwa menulis bisa menyembuhkan orang yang sakit. Omjay tidak saja mengungkap pengalaman dirinya tetapi juga pengalaman penulis lainnya.
Saya sempat mengikuti kisahnya dalam salah satu pertemuan dengan Narasumber yang bersangkutan.
Salah seorang tim solid pelatihan, Suharto atau dikenal dengan Cing Ato, merupakan penulis sukses yang berawal dari terpaan penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun. Dalam kondisi seperti itu, Cing Ato, hanya bisa menulis sambil berbaring. Bertahun-tahun Cing Ato melakukannya dengan serius. Keseriusannya ternyata membuahkan hasil. Tidak saja sembuh dari sakitnya, Cing Ato juga berhasil membukukan tulisannya.
Dalam pembukaan semalam Omjay mengenang kembali bagaimana komunitas pelatihan ini dibangun sampai melahirkan banyak penulis hebat.
Omjay menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan menulis yang digagasnya merupakan kerja tim. Kegiatan pelatihan tidak dapat ditangani satu atau dua orang.
Sebuah tulisan tidak dapat dengan serta merta dapat diterbitkan. Untuk menerbitkan buku dibutuhkan kesabaran dan motivasi yang kuat. Banyak peserta jatuh bangun dalam kegiatan ini tetapi mereka tetap semangat sehingga dapat lulus.
Slogan Omjay paling populer adalah "Menulislah setiap hari. Rasakan apa yang terjadi"
pembukaan pelatihan juga dihadiri Sri Sugihastuti (Bu Kanjeng) salah seorang narasumber pelatihan. Usianya senja tetapi semangat menulisnya masih tetap belia, gairah menulis Narsum ini tidak menua bersama usianya.
Lombok Timur, 08 Januari 2022
Mantap
BalasHapus