Bahan Ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/dosen dan mahasiswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Bahan ajar dapat berupa bahan tertulis atau pun tidak tertulis.Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga dapat tercipta lingkungan dan suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.
Bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak, berupa buku teks, buku referensi, dan monograf, Bahan ajar lainnya yaitu, bahan ajar mandiri, misalnya, modul = (BAJJ), panduan/petunjuk/pedoman, atlas (peta), diagram atau poster. Brosur, leaflet, atau manual termasuk dalam kategori buku ajar.
Bahan Ajar non-Cetak adalah bahan ajar elektronik yang dapat bersumber dari internet, seperti, Web Based Courses, e-learning, CAI = Pembelajaran Berbantuan Komputer, Slide, Video, TV, Audio (Radio).
Berbeda dengan bahan ajar, buku Ajar merupakan salah satu bentuk bahan ajar. Jadi, buku ajar merupakan bagian dari bahan ajar atau sumber belajar.
Buku Ajar adalah buku ilmiah berupa uraian materi pembelajaran yang disusun secara logis dan sistematis dengan bahasa yang lugas, digunakan dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran (Pannen & Purwanto, 2001)
Dalam terminologi yang lebih lengkap, buku ajar dapat diartikan sebagai sebuah buku yang berisi materi-materi pembelajaran untuk sebuah mata pelajaran atau bidang studi tertentu, yang biasanya digunakan oleh siswa atau mahasiswa sebagai sumber belajar dan referensi. Buku ajar biasanya disusun oleh para ahli di bidangnya dan mengikuti kurikulum yang berlaku untuk tingkat pendidikan tertentu. Isi dari buku ajar bisa berupa konsep-konsep, teori, prinsip, metode, atau teknik yang relevan dengan mata pelajaran atau bidang studi tersebut, dan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan dengan berbagai macam contoh kasus atau latihan. (Untuk lebih jelasnya silakan kunjungi penjelasan tentang buku ajar di Kompasiana)
Pentingnya Buku Ajar dalam Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru memiliki peran sentral. Namun guru tentu tidak dapat selalu bersama siswa sepanjang hari. Untuk itu buku ajar menjadi sumber atau bahan ajar yang tidak dapat diabaikan. Ada beberapa alasan mengapa buku ajar itu penting sebagai bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
Pembelajaran merupakan sebuah proses yang terencana dan dapat dianggap sebagai sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran mengacu pada trilogi pembelajaran yaitu, 1) ada Tujuan, 2) Srtategi 3). Penilaian. Pada saat yang sama syarat terjadinya proses pembelajaran adalah adanya mahasiswa/siswa, materi, guru (dosen).
Pada perguruan tinggi beban belajar mahasiswa untuk 2 sks (SN-DIKTI, 2015) yang setara dengan 340 menit. Untuk itu seorang guru memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhan dalam mengajarnya melalui pembuatan buku ajar sendiri sesuai mata pelajaran yangg diampu
Keuntungan Buku Ajar bagi Guru dan Dosen
Buku ajar tidak saja memberikan manfaat yang signifikan dalam proses pembelajaran tetapi juga memberikan keuntungan individual bagi guru atau dosen sebagai penyusunnya. Bagi Dosen dapat menjadi salah satu alat promosi dan kenaikan pangkat. Selain itu, buku yang disusun juga dapat menghasilkan insentif dari institusi terkait. Secara finansial, buku ajar yang diterbitkan dapat memberikan keuntungan berupa royalti. Hal terakhir ini tentu dapat meningkatkan kesejahteraan guru atau dosen yang bersangkutan.
Di samping itu dengan membuat buku ajar, guru dan dosen dapat menunjukkan eksistensi diri, sebagai media ekspresi, branding Personal dan Institusi, penguatan keilmuan, dan lain-lain. Melalui buku ajar guru dapat membuktikan diri sebagai agen aktivitas pembelajaran.
Capaian Pembelajaran
Guru tidak saja diposisikan sebagai pendidik tetapi kerapkali juga ditempatkan sebagai peneliti. Sebagai peneliti guru tentu harus banya belajar dan ini juga yang memposisikan guru sebagai profesi yang memegang teguh belajar sepanjang hayat, guru sebagai pembelajar.
Sebagai pembelajar guru dituntut dapat mengembangkan dan meningkatkan kapasitas dan kompetensinya. Guru atau dosen harus membekali dengan perkembangan informasi yang ada. Lebih dari itu guru dapat belajar dari pengalaman dan kurikulum sebagai dasar dari pengalaman mengajarnya sebagai pegangan. Semua itu dapat dituangkan dalam buku ajar.
Sebagai langkah awal penyusunan buku ajar, guru dapat mulai dari penyusunan RPS/Silabus dan desain pembelajaran. Semua mata pelajaran yang didesain itu sama dengan outline buku ajar yang akan disusun. Ini akan menghasilkan buku ajar, buku modul dan diktat
Sebagai peneliti guru akan menghasilkan buku referensi, monograf, atau artikel ilmiah. Hasil penelitian ini daoat menjadi buku.
Terdapat beberapa jenis buku ajar, yaitu, buku mosul, diktat, petunjuk praktekum, dan naskah tutorial. Buku hasil penelitian atau pemikiran dapat berupa buku referensi dan monograf.
Buku Ajar versus Buku Teks
Buku Ajar pada umumnya dibedakan dengan buku teks. Buku ajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut
- Ditulis dan dirancang untuk digunakan siswa/mhs.
- Menjelaskan tujuan pembelajaran.
- Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.
- Strukturnya berdasarkan kompetensi yang akan dicapai.
- Ada pemberian kesempatan latihan bagi mahasiswa.
- Selalu memberikan rangkuman.
- Kepadatan berdasarkan kebutuhan mahasiswa
- Dikemas untuk digunakan dalam pembelajaran.
- Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa.
- Mencantumkan petunjuk penggunaan buku ajar.
- Ditulis terutama untuk digunakan dosen atau pembaca umum, dipasarkan secara luas.
- Tidak selalu menjelaskan tujuan pembelajaran.
- Disusun secara linier.
- Strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu (content).
- Belum tentu memberikan latihan bagi mahasiswa.
- Belum tentu ada rangkuman.
- Materi buku teks sangat
- Dikemas untuk dijual secara umum.
- Tidak ada mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai.
Cara Penyusunan Buku Ajar
- Penataan Informasi (compilation text); upaya pengumpulan atau kompilasi bahan dari berbagai sumber yang telah beredar di pasaran berdasarkan RPS yang telah disusun
- Pengemasan kembali (information repackaging); Buku ajar harus dilakukan pengemasan ulang dari berbagai sumber yang telah ada. Pengemasan ini terkait dengan kebutuhan kompetensi yang ingin dicapai RPS
- Menulis sendiri (starting from scratch); buku ajar itu harus ditulis sendiri berdasarkan keahlian atau kepakaran sesai dengan RPS mata kuliah atau mata pelajaran yang diampu.
- Buatlah/tulislah halaman penyekat bahan untuk setiap Bahan kajian/BAB.
- Bahan-bahan yang sudah dilengkapi dengan halaman penyekat untuk setiap bahan kajian kemudian dijilid rapi (selanjutnya dicopy untuk dibagi kepada mahasiswa).
- Buatlah/tulislah pedoman guru/dosen dan pedoman siswa/mahasiswa untuk mendampingi bahan yang sudah dikompilasi tersebut.
- Kumpulkan seluruh buku, artikel jurnal ilmiah, dan sumber acuan lain yang digunakan dalam mata pelajaran seperti yang tercantum dalam daftar pustaka di RPS.
- Tentukan bagian-bagian buku, artikel jurnal ilmiah, dan bagian dari sumber acuan lain yang digunakan per Bahan Kajian sesuai dengan RPS.
- Fotokopi seluruh bagian dari sumber yang digunakan per Bahan Kajian sesuai dengan RPS.
- Pilahlah hasil fotocopy tersebut berdasarkan urutan Bahan Kajian yang sesuai dengan RPS.
Prosedur Pengemasan Kembali Informasi
Informasi yang sudah ada di pasaran dikumpulkan berdasarkan kebutuhan (RPS dan RTM) Informasi tersebut disusun kembali/ditulis ulang dengan gaya bahasa dan strategi yang sesuai untuk menjadi buku ajar (digubah), kemudian ditambahkan hal-hal sebagai berikut.
- Kemampuan/kompetensi yang akan dicapai.
- Petunjuk belajar bagi mahasiswa.
- Latihan.
- Ringkasan.
- Umpan balik.
- Evaluasi formatif.
Alasan Guru Menulis Buku Ajar (Menulis Sendiri)
Buku ajar sebagai sumber belajar seyogyanya dapat disiapkan oleh guru. Ada beberapa alasan mendasar. Pertama, Guru atau dosen sebagai sebuah profesi menegaskan bahwa profesi ini hanya dipercayakan kepada seorang pakar dalam bidangnya. Guru, dengan demikian, memiliki penguasaan ilmu di bidangnya.
Ke dua, Guru mempunyai kemampuan menulis. Kemampuan menulis itu semestinya dapat diekspresikan melalui penyusunan buku ajar.
Ketiga, guru memahami kebutuhan siswa dalam bidang ilmu yang dibinanya. Hal ini sangat memungkinkan guru untuk membuat buku ajar sendiri. Buku ajar yang disusun dapat disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan lingkungan belajar siswa.
Ke empat, guru memiliki kemampuan mendesain pembelajaran. Kemampuan ini sebenarnya tidak perlu diragukan lagi karena menjadi bagian dari materi pembelajaran atau perkuliahan saat menjadi mahasiswa. Di samping itu, desain pembelajaran itu juga bagian dari buku ajar yang akan disusun.
Semua alasan di atas merupakan faktor yang menjadi pertimbangan seorang guru atau dosen dihadapkan pada semacam tuntutan untuk menulis buku ajar. Semua itu pada dasarnya bagian dari kompetensi guru yang tidak saja diperoleh melalui pendidikan yang telah ditempuh tetapi juga pengalamannya dalam menjalankan tugas dan profesinya.
Prinsip-Prinsip Pemilihan Materi Buku Ajar
1. Prinsip Relevansi
Materi pembelajaran hendaknya ada hubungannya dan memberikan kontribusi bagi upaya pencapaian capaian pembelajaran mata kuliah dan kemampuan akhir. Misalnya, jika kemampuan yang diharapkan dikuasai mahasiswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta.
2. Prinsip Konsistensi/Keajegan
Materi pembelajaran harus konsisten dengan kemampuan akhir yang ingin dicapai, baik dari segi jumlah materi maupun dari taksonominya. Jika kemampuan akhir yang harus dikuasai mahasiswa empat macam, maka materi buku ajar yang harus dikembangkan juga harus meliputi empat macam
3. Prinsip Kecukupan
Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu mahasiswa menguasai kemampuan akhir yang diharapkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai capaian pembelajaran mata kuliah dan kemampuan akhir. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Sistematika Buku Ajar
Sejauh ini tidak ada standar sistematika penulisan yang baku dalam penyusunan buku ajar. Sistematika biasanya tergantung dari penerbit, di samping guru sebagai penulis. Guru sebagai penulis tentu memiliki kewenangan untuk menggunakan sistematika penyusunan sesuai kebutuhan.
Sebagai pedoman berikut ini disajikan sistematika penulisan buku ajar secara umum terdiri dari,
- Prakata
- Pendahuluan,
- Penyajian,
- Penutup, Daftar Pustaka,
- Senarai (glossary)
Pendahuluan, terdiri dari:
- Deskripsi singkat berupa gambaran umum tentang cakupan bab tersebut.
- Relevansi antara bab tersebut dengan pengalaman yang telah dimiliki mahasiswa atau manfaat bagi mahasiswa.
Penyajian terdiri dari :
- Uraian atau penjelasan materi (sesuai dengan jenis materi) dan diikuti dengan contoh-contoh.
- Ilustrasi yang sesuai dengan uraian materi.
- Tugas dan Latihan yang dilakukan mhs setelah membaca uraian materi.
- Rangkuman/ringkasan dari konsep atau prinsip yang dibahas.
Penutup, terdiri dari:
- Penilaian, konsisten dengan rumusan indikator dan Kemampuan Akhir.
- Umpan balik, untuk dapat menilai sendiri hasil belajarnya (kunci jawaban tes).
- Tindak lanjut.
Lombok Timur, 21 Februari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar