Kamis, 26 Januari 2023

Menulis Itu Mudah (Pertemuan ke-9)


Judul                     :
Menulis itu mudah
Resume ke            : 9
Gelombang           : 28
Tanggal                 : 27 Januari 2023
Tema                     : "Menulis itu semudah bercerita"
Narasumber.       : Prof. Dr. Ngainun Naim.
Moderator           : Lely Suryani, S.Pd.SD

Sejak pagi flyer pertemuan ke 9 KBMN 28 sudah dibagikan di WAG. Terpampang photo narasumber mengenakan kacamata dengan baju ungu. Namanya jelas tertulis, Prof. DR. Ngainun Naim. Moderatornya dipercayakan kepada Ibu Lely Suryani, S.Pd.SD. Seperti ada kesepakatan antara narasumber dan moderator. Keduanya mengenakan busana dengan warna yang sama.

Pertemuan yang dilaksanakan pada hari Jum'at, 27 Januari 2023 itu tetap pada tema utama, menulis. Secara spesifik materinya akan mengupas dengan tuntas tentang kesulitan dalam menulis dan cara keluar dari pandangan banyak orang tentang betapa rumit dan tidak menyenangkannya aktivitas menulis. Inilah bayangan saya tentang materi yang akan dibahas pada kesempatan tersebut.

Saya mengikuti pertemuan ke 9 sekitar pukul 20.15 waktu di tempat saya. Setelah dibuka moderator, narasumber mengambil alih kegiatan dan mulai menyampaikan materi. (Setalah disilakan moderator tentunya), 

Ternyata materinya bukan tentang persepsi menulis sebagai sesuatu yang sulit atau mudah. Saya menduga Narsum memiliki pertimbangan bahwa tema itu terlalu teoritis. Sebagai pemantik, peserta diminta membaca dua artikel, Pertama artikel Suatu Sore di Bulan Ramadlan yang ditulis 2016 lalu. Artikel itu tentang pengalaman perjalanannya di hari-hari terakhir bulan Ramadlan.

Artikel ke dua tentang pertemuan narasumber dengan seorang penulis yang memintanya memberikan prolog pada sebuah bukunya. Interaksi melalui WA tersebut berlanjut dengan saling berkirim buku masing-masing. Sampai ke duanya kemudian dipertemukan dalam sebuah kesempatan.

Dua artikel tersebut ditulis berdasarkan pengalaman narasumber. Dengan kedua artikel tersebut narasumber sebenarnya sedang berusaha  mengubah pikiran peserta bahwa menulis itu mudah.

Pesan lainnya yang secara langsung disampaikan narasumber adalah menulis itu dapat dimulai dari hal-hal sederhana, pengalaman sehari-hari. Prof. Ngainun mengaskan, "Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur." 

Tulisan berdasarkan pengalaman akan lebih mudah mengalir karena akan bercerita tentang sesuatu yang dialami secara langsung. Namun demikian, hal yang penting dalam menulis pengalaman adalah aspek substantif yang akan diceritakan. Harus ada nilai, semacam pesan utama yang menjadi dasar tulisan.

Saat menulis sebaiknya sikap ragu dan takut salah dihilangkan. Selain itu, hal yang perlu dihindari adalah membaca tulisan sambil menulis lalu mengedit tulisan. Ini akan menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran. 

Jika kehabisan ide tulisan bisa ditinggalkan. Tulisan disimpan terlebih dahulu. Jangan dibaca. Cari suasana psikologis yang berbeda atau endapkan tulisan tersebut. Baca ulang tulisan pada saat yang berbeda. Jika menulis pagi bisa dibaca pada sore hari atau malam hari.

Saat membaca analisis kalimat demi kalimat. Tambahkan ide atau gagasan penjelas jika diperlukan. Jika akan diunggah ke publik naskah bisa dibaca ulang sampai benar-benar dirasakan sempurna.

Prinsip menulis sederhana, meminimalisir hal yang tidak sesuai dengan keinginan penulis. Tulisan adalah jejak. Oleh karena itu, penulis harus benar-benar yakin tulisannya sudah layak dipublis. 

Ada persepsi bahwa tulisan itu dikotomi menjadi berat dan ringan. Narsum mengingatkan bahwa tulisan itu berat jika untuk keperluan akademis, misalnya, bagi seorang guru besar. Sedangkan tulisan ringan untuk kepentingan publik.

Ide tentang perjalanan merupakan tulisan yang dapat bahan atau materi tulisan. Semua oranga sering melakukan perjalanan. Dalam perjalanan selalu ada yang menarik perhatian atau hal-hal yang dilakukan. Saat rekreasi misalnya, ada banyak hal yang dapat dituangkan dalam tulisan. Ini akan lebih mudah karena secara langsung dialami.

Patut dicoba menulis sambil ngemil. Jika ngemil dalam makna sebenarnya memang menjadi salah satu cara untuk membuat tulisan bisa jadi benar. Dilansir dari kompas.com, ngemil dapat menekan atau mengurangi stress atau tekanan psikologis. Disadari atau tidak, saat menulis pasti ada tekanan psikologis karena pikiran sedang bekerja mengolah ide dan pengalaman menjadi sebuah tulisan. Untuk meredam tekanan itu, ngemil menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan saat menulis.

Namun ngemil dalam menulis berarti menulis tidak harus sampai tuntas. Tulisan bisa dibuat dalam 3-5 paragraf (pengalaman narasumber). Jika pagi menulis sore dapat dilanjutkan. Jika sebelum berangkat bekerja menulis beberapa paragraf, paragraf selanjutnya dapat diteruskan saat berada di tempat kerja jika ada waktu luang.

Saat menulis pengalaman kerapkali penulis kehilangan substansi. Untuk mengatasi hal ini seorang penulis pemula perlu memperbanyak membaca tulisan orang lain yang serupa. Membaca merupakan amunisi. Banyak membaca akan mengembangkan imajinasi, kosa kata bervariasi. Dengan begitu, data biasa dapat dikembangkan dengan gaya bahasa yang lebih menarik. 

Sibuk dan tidak dapat membagi waktu adalah sebuah alasan purba sehingga seseorang tidak dapat menulis secara konsisten. Untuk mengatasi hambatan ini narsum menyarankan untuk berusaha menikmati setiap bentuk aktivitas kerjakan. Kesibukan itu bukan hambatan menulis. Hal yang harus dibangun adalah komitmen untuk melakukan sesuatu dengan  riang gembira. Jika ada orang beralasan sibuk lalu tidak menulis, dapat dipastikan ketika memiliki waktu luang pun juga tetap tidak menulis.

Kesibukan juga membuat seseorang kehilangan konsentrasi dalam menulis. Menurut narsum konsentrasi selalu melibatkan latihan. Konsentrasi menulis akan makin mapan jika disertai dengan latihan secara konsisten. 

Menulis memerlukan latihan secara konsisten. Tidak ada kecakapan yang didapatkan secara mendadak. Keterampilan menulis tidak jatuh begitu saja dari langit. Sama dengan keterampilan lain. Semuanya memerlukan latihan dan belajar.

Sebuah catatan penting dalam sesi tanya jawab adalah musuh terbesar penulis pemula yaitu diri sendiri. Misalnya takut, malu, tidak percaya diri dan beragam distorsi kognisi lainnya. Akan lebih baik jika kemunculan gangguan psikologis itu diabaikan.  Kritik merupakan salah satu instrumen yang memungkinkan seseorang memperbaiki tulisannya. Hal ini beralasan mengingat kualitas tulisan itu tidak dapat ditentukan oleh penulisnya sendiri. tulisan perlu dibaca orang lain untuk sehingga kekurangan dan kelebihannya dapat ditemukan.

Lombok Timur, 27 Januari 2023

11 komentar:

Teknik Promosi Buku (Pertemuan ke 28)

  Judul                         : Teknik Promosi Buku Resume ke              : 28 Gelombang            : 28 Tanggal                  : 13 Ma...