Senin, 16 Januari 2023

Transformasi Karya Ilmiah Menjadi Buku (Petemuan ke 4)

Flyer Pertemuan ke-3 KBMN gelombang 28

Judul : Menulis Buku dari Karya Ilmah

Resume ke : 4

Gelombang : 28

Tanggal : 16 Januari 2022

Tema : "Jangan Biarkan Karya Ilmiah dalam Peti"

Narasumber : Eko Daryono, S.Pd.

Moderator : Nur Dewi Santi, S.Pd.

Setiap orang yang pernah menempuh pendidikan tinggi dapat dipastikan pernah membuat karya ilmiah. Lulusan S1 harus membuat skripsi, S2 membuat tesis, atau S3 membuat karya ilmiah sebagai tugas akhir berupa disertasi.

Apa itu karya ilmiah?

Dikutip dari Wikipedia, "Karya ilmiah adalah hasil karya yang diperoleh dari kegiatan menulis dengan menerapkan konvensi ilmiah. Penulisan karya ilmiah menggunakan logika berfikir dan gaya bahasa yang sistematis."

Karya ilmiah akan menjadi karya yang tidak membumi jika disimpan dalam peti. Bagaimana caranya? Inilah tema sentral pelatihan KBMN pertemuan ke 4, Senin, 16 Januari 2023. Tema ini akan dikupas oleh narasumber Eko Daryono, S.Pd.

Eko adalah seorang guru, anggota dewan redaksi Cakrawala, pengusaha, dan tentu saja sebagai narasumber juga seorang penulis. Pria kelahiran Karanganyar tahun 1975 itu juga telah menerbitkan belasan judul buku solo dan keroyokan (antologi).

Menurut Narsum, secara teori, tidak ada ketentuan baku yang dapat digunakan untuk mengkonversi karya tulis ilmiah menjadi sebuah buku. Namun demikian, satu hal yang patut dicatat, para ahli bersepakat bahwa alur konversi itu mengerucut kepada standar isi buku. Inipun masih bersifat fleksibel dan bersifat subyektif karena perbedaan persepsi setiap penulis.

Jika di awal resume ini saya mengutip pengertian karya tulis ilmiah dari Wikipedia, Narsum mengajukan konsep KTI berdasarkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014. KTI dimaknai sebagai tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah. Pengertian ini tampaknya sedikit lebih lengkap dari pengertian awal.

KTI memiliki dikotomi menjadi KTI non buku dan KTI buku. KTI non buku terdiri dari: 1) KTI bidang akademis untuk mendapatkan gelar sebagai tugas akhir berupa, skripsi, tesis, dan disertasi, 2) KTI hasil penelitian berupa PTK, PTS, best practice, makalah, artikel, jurnal, dan 3) KTI berupa ulasan atau resensi.

Sedangkan kategori KTI buku mencakup, 1) Buku Bahan Ajar, seperti, diktat, modul, buku ajar, buku referensi, 2) Buku Pengayaan berupa, monografi, buku teks, buku pegangan, buku panduan, dan 3) buku kompilasi berbentuk bunga rampai dan prosiding.

Bagaimana struktur penulisan Karya tulis ilmiah. penjelasannya dapat dilihat pada gambar berikut.

Struktur di atas secara umum merupakan standar dalam penyusunan bab-bab dalam KTI. Akan tetapi pada KTI dalam bentuk skripsi, tesis, desertasi, tugas akhir memiliki gaya dan menemukan bentuk atau struktur yang berbeda pada setiap kampus.

Perbedaan Laporan Penelitian dan Buku

Berdasarkan matriks di atas, secara esensial, tidak ada perbedaan isi laporan KTI dengan isi buku hasil konversinya. Artinya, isi buku mencerminkan keseluruhan isi laporan KTI. Perbedaan paling mencolok terletak pada tataran struktur. Secara sistematika, gaya penulisan KTI dengan penulisan buku memperlihatkan perbedaan. Terdapat adaptasi sistematika KTI yang dikonversi menjadi buku dengan tujuan untuk menghilangkan kesan yang terlihat kaku. Pada buku sistematika penulisan lebih fleksibel.

Perbedaan lainnya pada konsumen atau pembaca. Pada laporan penelitian sasaran pembacanya terbatas pada kalangan tertentu sedangkan buku bisa menjangkau pembaca yang lebih luas, tergantung kepada pasar.

Pada aspek bahasa, walaupun keduanya menggunakan bahasa ilmiah tetapi terdapat perbedaan. Dalam penulisan laporan ada kecenderungan menggunakan bahasa baku yang membutuhkan pemahaman sedangkan pada buku lebih cepat dipahami pembaca. Hasil konversinya  harus diadaptasi sedemikian rupa agar bahasa dalam buku lebih lentur dan tidak kaku, bersifat lugas dan tidak lagi mencantumkan kata-kata seperti penelitian ini, peneliti, teman sejawat, dan penulis.

Cara mengkonversi KTI menjadi buku

Judul Karya Tulis Ilmiah umumnya mengandung unsur variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu). Tidak demikian dengan judul buku hasil konversi. Judul buku harus mempunyai daya pikat dan daya jual, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Aspek ini sangat subyektif. Oleh karena seorang penulis harus memilih judul yang benar-benar menimbulkan rasa penasaran dan ketertarikan pembaca. Apalagi jika buku itu bertujuan komersil dan berorientasi pasar.

Lalu bagaimana teknik memodifikasi KTI menjadi buku? Secara umum KTI Nonbuku laporan hasil penelitian ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku. Saat laporan itu dikonversi menjadi buku KTI tersebut harus mengalami modifikasi sesuai dengan gaya penulisan buku. Pada buku diupayakan keberadaan sub bab-sub bab harus dihilangkan untuk menghapus kesan bahwat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.

Untuk memodifikasi bab I, PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan PENDAHULUAN atau bisa juga diganti dengan PEMBUKA. Alternatif kata lain juga diperkenankan sejauh menggambarkan kemenarikan buku.

Deskripsi pada Pendahuluan juga harus mengalami perubahan. Misalnya deskripsi yang berisi mengenai fenomena sebagaimana isi poin latar belakang dalam naskah laporan aslinya dapat ditambah dengan fenomena yang lebih mutakhir agar pentingnya buku secara esensial dapat ditonjolkan sejak awal. Hal ini akan memicu ketertarikan pembaca buku secara keseluruhan.

Perlu dicatat bahwa secara struktur, hasil konversi tidak lagi memerlukan sub bab - sub bab (latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Sasarannya terpusat pada eksplorasi latar belakang penulisan buku.

Sebagai gambaran berikut ini ditampilkan bagaimana memodifikasi bab II

Struktur bab II di dapat dimodifikasi seperti berikut ini.

Kerangka awal bab II yang tertuang dalam laporan di atas mengalami modifikasi dalam bentuk yang lebih padat tetapi tidak meninggalkan substansi dalam laporan. Ada bagian-bagian tertentu berupa sub-sub yang dihilangkan setelah mengalami konversi atau modifikasi.

Modifikasi Bab III bisa diperlakukan sama dengan Bab II. Secara umum substansi bab 3 pada dasarnya lebih terfokus pada metode, teknik pengumpulan data (instrumen) serta analisis data. Ini berlaku jika berupa PTK berisi langkah-langkah tindakannya.

Untuk mengatasi hal ini, sda beberapa alternatif yang dapat diterapkan. Pertama, menghilangkan bab III secara utuh, melakukan inkluding Bab III ke dalam Bab II, atau membuat deskripsi Bab III di awal bab pembahasan. Perlu diingat bahwa penghilangan Bab 3 maksudnya keseluruhan isi Bab III dihilangkan, Hal ini dapat dilakukan mengingat bunyi bab III sebenarnya bisa dipahami dari isi pembahasannya. Sedangkan inkluding bab III ke dalam bab II maksudnya gagasan pokok terpenting dari bab III digabung dalam bab II.

Jika modifikasi Bab III telah selesai, modifikasi dapat dilanjutkan ke Bab IV.  Bagian ini pada dasarnya merupakan bagian inti isi buku atau sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini dapat disesuaikan dengan konteks buku. Judul buku dapat menjadi menjadi pilihan sebagai judul bagian paling substansial ini.

Sebagai pendukung, pada buku bab IV dapat dimasukkan tabel, grafik, foto-foto kegiatan maupun hasil penelitian yang menyatu dalam buku. Bab IV tidak lagi berisi data mentah seperti nilai dari setiap siswa berikut namanya. Gambarpun hanya disesuaikan dengan kebutuhan yang berfungsi  sebagai pendukung.

Bagian akhir dari sebuah laporan penelitian umumnya Bab V (Pentutup) dan lampiran. Isi bab yang hanya simpulan dan rekomendasi (saran) saja dapat ditambahkan dengan temuan hasil penelitian. Pada lampiran, yang disertakan dapat berupa instrument penelitian atau data matang yang mendukung. Hindari data-data mentah.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Konversi KTI

Sebelum mulai mengkonversi KTI menjadi buku, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal ini penting untuk meenghasilkan buku yang menarik, berkualitas, dan terutama, terhindar dari plagiarsme.

Pertama, orisinalitas laporan hasil penelitian. Tindakan plagiat merupakan salah satu tindak pidana yang melanggar hak cipta. Apalagi karya tulis seperti PTK kerap tidak dicek keasliannya. Oleh karena itu saat diterbitkan jadi buku, maka penulis harus yakin betul bahwa karya yang akan diterbitkan memang bukan hasil plagiasi.

Ke dua, sebaiknya menghindari kompilasi yang terlalu berlebihan. Cukup dengan menyertakan para ahli yang mendukung substansi, Selebihnya dapat dikembangkan dengan analisis dari sudut pandang penulis. Logikanya saat penulis menerbitkan buku dari hasil KTI-nya secara langsung yang bersangkutan  sedang menyuguhkan bahan pustaka kepada pembaca. Artinya, kegiatan copy paste pendapat asli para pakar perlu dihindari dengan mengubah gaya penulisan kutipan. 

Ketiga, memilah dan memilih data yang dipublikasikan. Sebaiknya data yang disajikan bersifat matang untuk sehingga buku lebih berkualitas dan tidak bombastis.

Keempat, modifikasi bahasa buku.  Bahsa laporan sebaiknya dianulir sedemikain rupa. Hindari penggunaan penanda transisi seperti "menurut hal itu", "sesuai dengan pendapat" dan sejenisnya. Termasuk juga penggunaan kata penelitian ini, peneliti, bahkan penulis.

Kelima, hindari pengambilan sumber kutipan berantai atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Keenam, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.

Ketujuh, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN khususnya jika akan dinilaikan untuk KP sesuai Buku 4 PKB.

Lombok Timur, 16 Januari 2023

7 komentar:

Teknik Promosi Buku (Pertemuan ke 28)

  Judul                         : Teknik Promosi Buku Resume ke              : 28 Gelombang            : 28 Tanggal                  : 13 Ma...